Hari ini hujan mengguyur di halaman sekolah. Terdengar teriakan pohon-pohon kegirangan, habisnya hujan sudah beberapa minggu tak mengguyur tanah Bangka. Hari ini, sekolah terpaksa menghentikan kegiatan belajar karena ada rapat untuk acara perpisahan anak kelas sembilan, tahun ini.
Derap langkah Moe terdengar berjalan di koridor menuju lobi. Dia tinggal sendirian disekolah.
“Ich, siapa sih yang piket! Kelas kotor gini!” kesal Moe sambil menendang-nendang batu yang ada di hadapannya. Tiba-tiba....
“ADAAAW!” terdengar teriakan seseorang laki-laki. Moe langsung terkejut mendengarnya dan segera melihat ke arah suara teriakan itu.
“Eh, eh, sori, sori! Enggak sengaja, bro!” ucap Moe sambil berlari-lari kecil menuju ke arah orang yang baru saja kena batu yang dia tendang. Saat tepat Moe berada di depan cowok itu, matanya langsung silau melihat bayang-bayang dari kacamatanya. ‘Wow, keren amat nih cowok!’ pikir Moe sambil ber-love-love dan senyam-senyum tanpa disadarinya.
“Eh, napa lo senyam-senyum ke arah gue? Gue keren, ya?!” kata cowok itu. ‘Eh, hebat banget nih cowok! Bisa tebak pikiran gue!’ batin Moe.
“Kok lo malah bengong, sih! Gue memang keren, kan! Ngaku aja lo!” kata cowok itu lagi.
“Berisik! Sini gue obatin luka lo!” kata Moe sambil berlalu membuang muka.
Kaki dua orang ini berjalan menuju UKS. Untung, UKS belum terkunci. Moe langsung mengambil obat merah dari dalam kotak P3K dan segera menaruhnya ke atas luka cowok itu.
“Mana luka, lo?” tanya Moe sedikit kasar.
“Nih, cepet obatin, Iyem!” olok cowok itu sambil menunjuk ke arah luka di kulit tulang keringnya yang tipis.
“Enak aja, Iyem, Iyem! Lo tu...BATANG BAMBU!” oceh Moe sambil berkacak pinggang.
“udah-udah, perkenalkan nama gue Guu-kun
“Eh, beneran nama lo Guu-kun?! Enggak elit banget nama lo itu!”
“Wussh, mulut! Mulutmu harimau lo! Emangnya nama lo siapa?” tanya Guu-kun itu sambil membuang mukanya.
“MOOOOOOEEEE! M. O. E!”
“Nama lo yang enggak elit kali!,”
“Enak aja lo! Pembuatan nama ini melibatkan Rahma dan Inez, tau!”
“Oh.. jadi yang bikin nama kita Rahma sama Inez ya?”
“Ya iyalah, masa ya iya dong! Buah aja dibelah bukan dibedong! Dua orang yang paling cantik dan imuut yang bikin nama kita!! Nih, udah selesai! Luka elo udah dibalut!” oceh Moe semakin kacau. Benar-benar kacau berantakan!
“Eh, makasih, ya! Lo ngapain masih disini?” tanya Guu-kun sambil berdiri dari kursi plastik berwarna biru tua dan melirik ke wajah Moe.
“Emangnya ada urusan sama lo? Enggak ada kan?! Lalu buat apa lo tau?!” Moe semakin kacau. Tak dapat terkendali lagi.
“Eh, lo ngajak berantem, ya!” Guu-kun membusungkan dadanya yang tertutup dengan kemeja seragam sekolah. Sepertinya, dia marah akan ucapan Moe barusan.
“Eh, lo! Lo enggak berterima kasih banget, sih! Udah diobatin, malah marah-marah enggak karuan! Gue nyesel ngobatin lo!” kesal Moe sambil membentak meja yang berada di hadapannya saat ini kemudian, dia pergi meninggalkan Guu-kun sendiri di UKS. Guu-kun hanya berkacak pinggang saat Moe keluar.
“Songong banget sih, tu cewek!” ucap Guu-kun kemudian keluar dari ruangan yang sedikit pengap itu.
≥w≤
hah.. ceritanya udahan ya, nanti disambung lgi ^^
minta kripik plus sarannya yee~~
Salam Kawaii
Tidak ada komentar:
Posting Komentar